Suara Gereja Katolik di Indoneisa dalam bidang Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan 1

Pesan Pastoral 2012, KWI Tegaskan Kembali Komitmen untuk Lingkungan

[JAKARTA] Sidang para uskup yang tergabung dalam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menegaskan kembali komitmen Gereja Katolik untuk terlibat dan bertanggung jawab dalam penyelamatan lingkungan hidup. KWI menyatakan keprihatinannya atas kerusakan lingkungan hidup yang makin parah dalam dekade terakhir. Keprihatinan dan komitmen Gereja Katolik tersebut tertuang dalam pesan pastoral KWI setelah para uskup bersidang dari tanggal 5-15 November 2012.

Pesan pastoral bertajuk lingkungan tersebut ditandatangani Ketua Presidium KWI yang baru Mgr Ignatius Suharyo dan Mgr Johannes Pujasumarta (Sekretaris Jenderal).   Dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (16/11) Mgr Ignatius Suharyo yang juga Uskup Agung Jakarta mengatakan, pesan pastoral KWI 2012 yang kali ini menyoroti masalah lingkungan, merupakan penegasan kembali peran Gereja Katolik dalam upaya melestarikan lingkungan.  

Pengganti Ketua KWI sebelumnya Mgr MD Situmorang OFM Cap ini mengatakan, gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan semua pihak bahwa masyarakat setempat  harus dilindungi dari kerakusan pendatang.  

Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral, karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini, tetapi juga generasi mendatang.

Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) juga menyadarkan bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola secara bertanggung jawab bagi seluruh umat manusia.   

Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Pesan Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2005 berjudul Bangkit dan Bergeraklah yang mengajak kita untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya.  

Meningkatkan Kepedulian “Kami mengajak seluruh umat untuk  meneruskan langkah dan meningkatkan kepedulian dalam pelestarian keutuhan ciptaan dalam semangat pertobatan ekologis dan gerak ekopastoral. Kita menyadari bahwa perjuangan ekopastoral untuk melestarikan keutuhan ciptaan tak mungkin dilakukan sendiri. Karenanya, komitmen ini hendaknya diwujudkan dalam bentuk kemitraan dan gerakan bersama, baik dalam Gereja sendiri maupun dengan semua pihak yang terlibat dalam pelestarian keutuhan ciptaan,” ujar Mgr Suharyo. 

Dalam pesan pastoralnya, KWI juga berpesan kepada siapa saja yang berada pada posisi pengambil kebijakan publik, kebijakan terhadap pemanfaatan sumber daya alam dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) hendaknya membawa peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Undang-undang yang mengabaikan kepentingan masyarakat perlu ditinjau ulang dan pengawasan terhadap pelaksanaannya haruslah lebih diperketat.  

Sedangkan kepada kalangan pebisnis, KWI berpesan agar hendaknya tidak hanya mengejar keuntungan ekonomis, tetapi juga keuntungan sosial, yaitu tetap terpenuhinya hak hidup masyarakat setempat dan adanya jaminan bahwa sumber daya alam  akan tetap cukup tersedia untuk generasi yang akan datang. Di samping itu, usaha-usaha produksi di kalangan masyarakat kecil dan terpinggirkan, terutama masyarakat adat, petani dan nelayan, serta mereka yang rentan terhadap perubahan iklim dan bencana lingkungan, perlu lebih didukung.   

Secara khusus kepada umat Kristiani, KWI mengajak agar mengembangkan habitus (kebiasaan) baru, khususnya hidup selaras dengan alam berdasarkan  kesadaran dan perilaku yang peduli lingkungan sebagai bagian perwujudan iman dan pewartaan dalam bentuk tindakan pemulihan keutuhan ciptaan. Untuk itu, perlu dicari usaha bersama, misalnya pengolahan sampah, penghematan listrik dan air, penanaman pohon, gerakan percontohan di bidang ekologi, advokasi persuasif di bidang hukum terkait dengan hak hidup dan keberlanjutan alam serta lingkungan.  

“Secara khusus lembaga-lembaga pendidikan diharapkan dapat mengambil peranan yang besar  dalam gerakan penyadaran akan masalah lingkungan dan pentingnya kearifan lokal,” kata Suharyo.  

Tahun Iman yang dibuka oleh Paus Benediktus XVI pada tanggal 11 Oktober 2012 lalu antara lain mengingatkan kita untuk mewujudkan iman kita pada Tuhan secara nyata dalam tindakan kasih (bdk. Mat 25: 31-40). Dengan demikian tanggung jawab dan panggilan untuk memulihkan keutuhan ciptaan sebagai wujud iman makin dikuatkan dan komitmen ekopastoral untuk peduli pada lingkungan kian diteguhkan.  

 “Kita semua berharap agar sikap dan gerakan ekopastoral kita menjadi kesaksian kasih nyata dan “pintu kepada iman” yang “mengantar kita pada hidup dalam persekutuan dengan Allah” (Porta Fidei, No.1). Kita yakin bahwa karya mulia di bidang ekopastoral ini diberkati Tuhan dan mendapat dukungan semua pihak yang berkehendak baik,” harap Suharyo yang didampingi Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) KWI Romo Benny Susetyo Pr. [R-15/M-15] 

http://www.suarapembaruan.com/nasional/pesan-pastoral-2012-kwi-tegaskan-kembali-komitmen-untuk-lingkungan/26952

//

Leave a comment